Minggu, 25 Maret 2018

VISUAL SAAT BERMEDITASI



Bagi saya mula-mula meditasi adalah coba-coba mengikuti apa yang disarankan oleh orang-orang (suami, teman, atau pembimbing retret). Pada tingkat awal, meditasi adalah sebuah alat untuk meningkatkan kesehatan. Begitu  orang yang berbicara tentang meditasi. Katanya lagi, meditasi dapat membantu memerangi stress, meningkatkan kesehatan fisik, meringankan nyeri kronis, membuat tidur lebih baik, merasa lebih bahagia dan lebih damai.

Ya, saya percaya-tidak percaya, karena saya belum membuktikannya. Ya, akhirnya saya memutuskan untuk belajar meditasi dari suami saya. Namun, sejujurnya saya agak takut. Saya takut tiba-tiba saya kesurupan atau roh saya pergi ke mana yang saya tak tahu tempatnya. Pokoknya banyak kekuatiran saya.

Saya pernah bermeditasi bersama teman  - teman  dalam suatu kegiatan kerohanian bersama seperti retret. Itu saja saya jatuh dalam rasa kantuk dan kebosanan yang tiada tara. Saya berpikir, saya tak mempunyai bakat untuk hal seperti itu, meskipun itu tujuannya rohani sekali pun.

Namun, pendapat saya berubah terhadap meditasi ketika melihat suami saya, Bob Hariyadi Martopranoto, bisa naik bukit Totombok setelah 3 bulan bermeditasi. Padahal, dia mempunyai gangguan radang lutut kanan, sementara kaki kirinya mengecil karena terserang polio saat dia kecil.

Nah, lantas berubahlah pandanan saya terhadap meditasi. Mulailah tertarik dengan meditasi. Itu dia, semangat penuh, lha ternyata meditasi itu tidak semudah yang dibayangkan. Hal yang paling sulit adalah disiplin untuk konsisten berlatih. Selain itu, juga sensasi rasa tak nyaman selama saya berlatih. Meditasi yang saya ikuti adalah meditasi kesehatan dengan pernafasan: Zhen Qi Sirkulasi.

Banyak pengalaman sensasi tubuh yang pernah saya alami dan saya bagi dalam tulisan saya: 


Yang belum saya ceritakan adalah pengalaman mengalami penglihatan – visual yang muncul saat bermeditasi.

Awal meditasi pun visual dalam otak kita sudah muncul. Mungkin ini yang yang membuktikan tentang hal yang  pernah saya dengar dan baca bahwa otak itu sangat visual. Awal meditasi, visual itu sudah muncul, tetapi tidak beraturan. Berganti-ganti tidak fokus. Makin sering berlatih meditasi, seiring waktu, visual makin terarah dan makin fokus.  Visual itu sangat berwarna dan sangat indah. Akan tetapi, terkadang juga menyeramkan.

Meditasi saya banyak dipenuhi dengan visual warna hijau tua, hijau muda, hijau kekuningan, hijau menuju biru, terkadang coklat tanah, coklat batu, keunguan, agak jingga, terkadang biru kelabu, biru langit, biru laut, bening, dan campuran antara aneka warna. Pokoknya kaya warna. Namun, yang sering muncul adalah warna hijau dengan variasinya.

Saat saya bermeditasi, otak saya memvisualkan beraneka bentuk bentang alam: laut, pantai,  hutan, ladang, padang pasir, sawah, pegunungan, bukit terjal, padang rumput, lorong-lorong gua, dasar laut. Kebanyakan tempat-tempat itu belum pernah saya kunjungi. Atau ada juga gabungan antara tempat yang pernah dikunjungi dengan visual otak yang jeleas lebih indah dari kenyataannya.

Selain itu tak jarang dalam meditasi hadir visual pribadi seseorang baik yang dikenal maupun yang tak kenal, bahkan sosok baru. Dalam meditasi saya pernah hadir Sukarno, presiden RI pertama. Sukarno tidak hanya hadir dalam meditasi juga bersambung dalam mimpi saya. Unik sekali pengalaman saya. Dalam mimpi Sukarno hadir dalam keadaan saya masih gadis, umur 20-an. Dia memaksa saya memakai kebaya merah. Saya katakan, saya mau kebaya hijau. Lantas saya dengan percaya diri tetap memakai kebaya berwarna hijau lumut. Pada meditasi-meditasi  berikutnya sosok Sukarno masih hadir beberapa kali. Mungkin sekitar 3 kali meditasi. Uniknya lagi, beliau hadir dalam visual seperti tayangan film. Beliau berjuang dan berpidato. Saya merasa saya harus mendoakan beliau. Jadi saya mendoakan beliau untuk kebahagiaannya bersama Sang Pencipta. Saya mendoakan agar Pencipta  juga mengampuni beliau. Sesudah itu visual itu memudar.

Sososk lain yang unuik saya ceritakan adalah kakak ipar saya, Mas Rudy. Beliau sakit kanker paru-paru. Beberapa kali dia hadir dalam meditasi saya. Lantas saya bilang dengan suami untuk menjenguk beliau. Rupanya beliau dibawa ke RS. Dua minggu kemudian visual itu muncul lagi. Lantas saya berdoa untuk kesehatan beliu. Tiga hari kemudian beliau dikabarkan sudah pulang pada Sang Pencipta. Dalam meditasi berikutnya visual Mas Rudy masih hadir dengan badannya yang kurus. Saya terus berdoa. Karena saya tak tahu apa yang harus saya lakukan. Sekitar seminggu visual it u terus ada. Lantas setelah itu visual beliau hadir lagi. Namun, berbeda penampilan dengan sebelumnya. Yang ini beliau nampak di usia prima belia (40 thn). Tampak prima, sehat, tampan, ceria, bersih, dan bahagia. Mengenakan baju batik warna kemerahan. Beliau tersenyum. Saya merasa ikut bahagia melihat visual yang hadir dalam meditasi saya. Saya berdoa dan bersyukur atas cinta Tuhan melalui Mas Rudy yang telah diberikan untuk keluarga selama belua hidup.

Ada banyak sosok-sosok yang sekilas muncul. Namun, kalau saya bertemu visual sosok yang terus-terusan muncul, biasanya saya berdoa saja. Saya  lebih merasa nyaman dan merasa baik adanya kalau saya berdoa.

Selain itu juga saya bertemu dengan visual-visual lain. Beberapa visual unik yang saya temukan  lain adalah saya pernah melihat naga  sebesar pohon kelapa dan panjangnya tak bisa saya tangkap oleh mata. Naga itu merayap. Saya melihat dengan sangat jelas sisiknya yang lembut dan berkilau, warnanya kecoklatan, dan dia mempunyai gerigi seperti gergaji di atas punggungnya. Geriginya itu bergurat kemerahan sampai di ujung ekornya.  

Visual unik lain. Saya pernah berada di suatu tempat. Berjalan di lorong sebuah bangunan seperti sekolah atau rumah sakit. Bangunan itu banyak pintu-pintunya yang tertutup. Bangunan itu namapak tua, tetapi bersih. Ternyata tempat itu saya temukan pada saat saya menengok Mas Rudy di rumah sakit sebelum beliau meninggal. Unik bukan? Itulah keajaiban otak. Kenapa bisa terhubung?

Saya belum menemukan jawaban yang memuaskan untuk pengalaman berbagai visual ini. Bila saya sudah menemukan jawaban yang masuk akal menurut saya, baru nanti saya  bagikan. (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar